Kebumen-LiterasiZawa : Zakat bagi umat Islam adalah suatu ibadah yang memiliki makna fundamental bahkan dikatakan sebagai salah satu pilar penting dalam Agama Islam. Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah yang mempunyai keunikan tersendiri, karena zakat mempunyai nilai dua dimensi, yakni dimensi vertikal atau bentuk ketaatan kepada Alloh SWT (hablu minalloh) dan dimensi horizontal atau sebagai kewajiban sosial kepada sesama manusia (hablu minannas). Zakat dikeluarkan oleh muzakki kepada mustahiq sebagai cara untuk menyucikan harta yang mereka miliki, namun dalam tataran pelaksanaannya tidak semua muzakki sadar dan mau mengeluarkan zakat dengan berbagai alasan. Disamping itu, keberadaan data muzzaki juga tidak diketahui secara pasti, bahkan mungkin tidak ada. Pelaksanaan zakat masih hanya sebatas kesadaran muzakki saja.
Merujuk pada surat at-Taubah ayat 103 kiranya dapat kita ambil dasar pijakan untuk mengilustrasikan bagaimana mekanisme dan tehnis pelaksanaan zakat pada masa Rosululloh SAW. Ayat ini diawali dengan kata khudz atau ambillah. Kata khudz merupakan fiil amr atau kata kerja perintah atas seseorang atau sekelompok orang untuk mengambil zakat tersebut. Lalu siapa yang diperintahkan untuk mengambil zakat tersebut?, jawabannya adalah ‘amil. Menurut Imam Qurthubi, ‘amil adalah orang-orang yang ditugaskan atau diutus oleh imam atau penguasa pemerintah untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatat atas harta zakat yang diambil dari para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Kata ‘amil disebut dalam al-Qur’an
surat al-Taubah ayat 60 berkenaan dengan asnaf atau
golongan penerima zakat, dan ‘amil termasuk di dalamnya. Namun menurut para
ulama ahli tafsir kedudukan ‘amil berbeda dengan dengan asnaf
yang lain. Disamping sebagai asnaf, ‘amil juga bertugas untuk mengambil,
mengumpulkan, mencatat dan membagikan zakat pada mustahiq. Jumhur ulama
mengatakan, ‘amil merupakan petugas yang diangkat oleh penguasa yang bertugas
mengurus segala permasalahan zakat, seperti orang yang memungut dan
mengumpulkan zakat, menulis jumlah masuk dan keluar harta zakat, pemelihara
harta zakat serta membagikannya kepada mustahiq. Dengan kata lain ‘amil
merupakan jembatan antara muzakki dan mustahiq. Bahkan begitu
mulianya ‘amil, kedudukan ‘amil laksana "tangan panjang Tuhan" dalam urusan zakat, sehingga mestinya ‘amil diberi dan mempunyai kekuatan
untuk mengambil atau memaksa muzakki dalam mengeluarkan zakat. ‘Amil
harus aktif, bukan hanya sekedar pengepul zakat saja.
Wallohu ‘Aklam
@doelhakeem





