Kebumen - GazawaOpini : Banyak orang menyebut jasmerah sebagai singkatan dari jangan sekali-kali melupakan sejarah, padahal yang betul adalah jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Istilah jasmerah muncul pasca pidato kenegaraan presiden Ir. Sukarno tahun 1966, namun menurut AH Nasution istilah jasmerah adalah judul yang diberikan Kesatuan Aksi 66 terhadap pidato Presiden, bukan judul yang diberikan Bung Karno sendiri atas teks pidatonya. Begitu pentingnya arti sebuah sejarah maka seyogyanya jangan sampai ditinggalkan atau bahkan dilupakan begitu saja. Sejarah adalah tauladan lengkap, kaca benggala besar bagi kita untuk merumuskan dan menentukan sikap hari ini sekaligus menata cita-cita untuk masa depan.
Terpahat dalam sejarah Islam sebuah peristiwa besar dari sebuah misi raja Abrohah dari Yaman yang dengan pasukan gajah dan kesombongannya akan menghancurkan Ka’bah. Peristiwa ini bahkan diabadikan dalam al-Qur’an surat al-fil ayat 1-5, pelukisan sebuah peristiwa kehancuran dari sebuah kesombongan yang berakhir seperti daun-daun yang dimakan ulat. Menurut riwayat paling shohih, peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram, bertepatan dengan bulan Februari tahun 570 M, tepat setelah 50 hari peristiwa itu, lahirlah baginda Rosululloh Muhammad SAW. Lalu apa sebenarnya yang melatar belakangi misi raja Abrohah dalam usaha untuk menghancurkan Ka'bah.
Pertama misi keagamaan, dimana sebelumnya raja Abrohah telah membangun sebuah gereja di kota Sana’a Yaman yang dinamakan dengan gereja Qolis atau Qolsin. Raja Abrohah meminta gereja ini dijadikan tempat sakral bagi orang-orang Nasrani yang ada di wilayah kekuasaannya, dan menjadikan gereja ini sebagai tempat berkumpulnya orang-orang untuk berthowaf sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang muslim yang berhaji thowah di Ka’bah kota Makkah. Dengan misi keagamaan ini, raja Abrohah ingin menghilangkan kesakralan Ka’bah dan juga menghancurkannya. Berangkat dari sejarah, maka tidak menutup kemungkinan masih adanya reinkarnasi dari misi raja Abrohah di kalangan orang-orang orientalis yang masih berusaha untuk menghilangkan kesakralan Ka'bah dengan berbagai cara.
Kedua misi politik dan ekonomi, dimana raja Abrohah ingin menjadikan wilayah Yaman menjadi pusat politik dan ekonomi jalur perdagangan menggantikan kota Makkah yang pada waktu itu merupakan pusat ekonomi jalur perdagangan Arab, Yaman sampai laut Mediterania. Maka salah satu langkah untuk mewujudkan misinya, raja Abrohah ingin menguasai wilayah pesisir Arab dan Makkah. Dan Ka’bah sebagai pusat berkumpul dan sumber air mereka, harus dikuasai dan dihancurkan. Berangkat dari sejarah, maka juga tidak menutup kemungkinan masih adanya persaingan perdagangan, politik dan ekonomi di wilayah pesisir Arab, untuk menghancurkan haromain dengan melibatkan dunia barat dan dzurriyyah kroni-kroni raja Abrohah muncul kembali. Wallohu 'Aklam
@doelhakeem
.jpeg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar