Kebumen-GazawaOpini
: Abu Musa al-Asy’ari adalah salah seorang sahabat Rosululloh SAW dan seorang gubernur
di wilayah Basroh pada masa kekuasaan kholifah Umar bin Khottob. Kecintaan
beliau pada Rosululloh SAW dan Khulafaur rosyidin tidak diragukan lagi, dan
beliau merupakan salah seorang mujahid sejati dalam memperjuangkan dan membela
Agama Islam. Dikisahkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab tarikh-nya, suatu
hari Abu Musa al-Asy’ari nampak gelisah mencari sesuatu, hingga akhirnya termenung
di hadapan setumpuk maklumat yang beliau terima dari Kholifah Umar bin
Khottob. Entah apa yang beliau cari hingga air mata kecintaan dan kerinduan
menetes di pipinya.
Sesripitan kopi
berikutnya, diambillah secarik kertas dan sebuah pena. Tak
kuasa beliau menumpahkan isi hatinya hingga berhari-hari, hingga akhirnya
beliau tak kuasa lagi untuk membendungnya. Dengan rasa ketadziman yang
begitu tinggi dan kecintaan beliau pada dinnul Islam, beliau memberanikan
diri menuliskan sepucuk surat cinta untuk kholifah Umar bin Khottob.
بسم الله الرحمن الرحيم إنه يأتينا منك كتب ليس لها
تاريح
Dengan menyebut nama
Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sesungguhnya telah sampai
kepadaku dari engkau beberapa surat, namun tidak ada di dalamnya tertulis
tahun.
Efek
surat cinta dari Abu Musa al-Asy’ari ini ternyata sangat luar biasa, karena
segera setelah kholifah Umar bin Khottob membacanya, beliau kemudian mengumpukan
para sahabat untuk membahas kegelisahan yang dialami Abu Musa al-Asy’ari.
Mereka pun berkumpul dan sepakat tentang pentingnya adanya tahun dalam Kalender
Islam. Walaupun pada waktu itu sudah ada nama-nama bulan yang biasa mereka gunakan, namun belum ada nama tahun yang mereka miliki. Dan setelah terjadi
diskusi yang sangat alot, disepakati sebuah nama untuk Kalender Islam, "Tahun
Hijriyah". Diskusi pun berlanjut, dan diskusi semakin alot ketika mereka memasuki
pembahasan tentang nama bulan yang akan dijadikan awal Tahun Hijriyah.
Ada empat kelompok
besar berkenaan dengan usulan nama bulan yang akan dijadikan awal dari Tahun
Hijriyah. Kelompok pertama, mengusulkan bulan Robi’ul Awwal karena Rosululloh
SAW lahir di bulan ini dan Rosululoh SAW hijrah ke Madinah pun juga di bulan
ini. Kelompok kedua, mengusung nama bulan Romadhon sebagai awal dari
Tahun Hijriyah, karena bulan ini satu-satunya bulan yang disebutkan dalam al-Qur’an
dan menjadi Sayyidusy Syuhur. Kelompok ketiga, mengusulkan bulan
Dzulhijjah sebagai awal dari Tahun hijjriyah karena di bulan ini berkumpulnya
umat Islam sedunia, dan bulan ini juga termasuk bulan harom atau bulan mulia.
Kelompok keempat yang diprakarsai oleh sahabat Ali bin Abi Tholib
mengusulkan bulan Muharrom sebagai awal dari Tahun Hijriyah, walaupun kenyataannya Rosululloh SAW hijrah ke Madinah di bulan Rabi’ul Awwal namun Rosululloh SAW sudah ber'azam untuk hijrah ke Madinah sejak awal bulan Muharrom. Dan argumen sahabat
Ali bin Abi Tholib yang kemudian menjadi kesepekatan bersama :
لأنّ إبتداء العزم على الهجرة الى المدنة كان فى
أوّلى المحرّم
Semua bermula dari sepucuk surat cinta Abu Musa al-Asy'ari. Wallohu ‘Aklam
@doelhakeem

Tidak ada komentar:
Posting Komentar