Kebumen-GazawaOpini : Rasa sayang tidak selamanya harus diungkapkan dalam bentuk pujian atau sanjungan, namun ada kalanya diungkapkan dalam bentuk pepeling yang terkesan ancaman. Sebuah ancaman atau wa’id ada kalanya penting untuk mengingatkan lebih dini. sesuatu yang tidak baik agar tidak dilanggar atau diterjang. Sehingga secara bathin ada kontroling dalam diri untuk lebih berhati-hati dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Bahkan sebuah wa’id adakalanya diungkapkan dalam bentuk do’a.
Adalah Rosululloh SAW, mencontohkan dalam mengungkapkan rasa kasih sayang pada umatnya tidak selamanya dengan pujian, sanjungan, iming-iming ataupun pahala semata. Rasa kasih sayang Rosululloh SAW juga pernah beliau diungkapkan dalam bentuk wa’id yang dikemas dalam kalam do’a. Rosululloh SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ra :
اللهم من ولي من أمر أمتي شيئا فشق عليهم فاشقق عليه، ومن ولي من أمر أمتي شيئا فرفق بهم فارفق به
Ya Alloh, siapa saja yang mengurusi urusan dari umatku, lalu ia membuat susah umatku, maka susahkanlah dia. Dan siapa saja yang mengurusi urusan dari umatku, lalu ia sayang pada umatku, maka sayangilah ia.
Sekilas hadits ini menunjukkan ancaman dan juga ajaran untuk mendo’akan kejelekan kepada orang lain, namun para ulama seperti Syaikh Shalih Al Fauzan, Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Syaikh Sulaiman Ar Ruhaili dan para ulama sunnah lainnya menjelaskan, bahwa hadits ini adalah sebuah pepeling bukan ajaran kebolehan untuk mendo’akan kejelekan kepada orang lain. Hadits ini juga sebuah ungkapan kasih sayang Rosululloh SAW pada para pemimpin atau siapa saja yang diberi kewenangan mengurusi umat, agar menjalankan amanah ini dengan penuh tanggungjawab dan penuh kasih sayang, tidak menyusahkan, tidak menunda-nunda, tidak mbang cinde mbang ciladan dan tidak zalim.
Kemudian hadits
ini juga harus dipahami sebagai sebuah motivasi agar pemimpin atau siapa saja
yang diberi amanah mengurusi rakyat untuk lebih berhati-hati dan lebih menyayangi rakyatnya, dan dalam hadits ini juga sekaligus tersirat didalamnya hukum kausalitas al-jaza min jinsil ‘amal,
hukum keniscayaan bagi alam semesta dan merupakan fitrah manusia
untuk memahaminya bahwa setiap akibat merupakan hasil dari sebuah sebab, dan
balasan akan sesuai dengan perbuatan. Untuk itu, jadikanlah hadits ini sebagai
penyemangat untuk memberikan yang terbaik untuk umat, nandur bagus ora bakal
rugi, karena pada hakekatnya kita bekerja kepada Alloh SWT, kita mengabdi hanya kepada Alloh SWT, kita bekerja bukan semata-mata kepada manusia belaka. @doelhakeem

Tidak ada komentar:
Posting Komentar