Kamis, 12 Oktober 2023

LITERASIZAWA : ZAKAT UJIAN CINTA

 

Kebumen-GazawaOpini : Satu hal menarik terjadi ketika Alloh SWT menciptakan dunia ini, dimana diakhir penciptaannya Alloh SWT memberikan doktrin khusus pada dunia. Doktrin ini termaktub dalam hadits qudsi yang artinya, yaa dunia berkhidmatlah kamu pada orang yang telah berkhidmat kepada-KU, dan perbudaklah orang yang mengabdi kepadamu. Doktrin ketauhidan ini mengandung arti bahwa kita tidak boleh mengabdi pada apapun dan siapapun selain hanya kepada Alloh SWT. Dan pengabdian kita kepada Alloh SWT merupakan ujud kecintaan kita pada Alloh SWT yang tentunya akan diuji dengan gemerlapnya dunia dan seisinya. Sehingga ibadah yang diperintahkan Alloh SWT kepada hamba-hamba-Nya bukanlah semata-mata dawuh, akan tetapi juga ujian kecintaan kita pada Alloh SWT.

Sesungguhnya cinta tidak menerima penyekutuan, dan tingkat kecintaan hanya dapat teruji dengan melepas apa yang dicintai. Al-Qur’an bahkan mengisyaratkan ukuran sebuah kebaikan, dan salah satu ukurannya jika kita sudah mampu memberikan sesuatu yang sangat kita cintai. Adalah dunia, harta benda dengan segala gemerlapnya telah menjadikan manusia jatuh cinta dan bahkan begitu dicintai oleh manusia. Dengan harta benda ini manusia dapat meraih apa yang diinginkan, dan dengan harta benda ini pula manusia bisa mencari kesenangan dunia yang sering kali justru melenakan mereka. Bahkan karena begitu menggandrungi harta benda ini, manusia lupa dan ingin lari dari kematian. Maka seiring kecintaan manusia pada harta benda ini, manusia diuji kecintaannya kepada Alloh SWT untuk melepaskan harta benda yang dicintai, salah satunya melalui dawuh ibadah zakat.

Ibadah zakat sebagai ujian kecintaan manusia kepada Alloh SWT dan juga merupakan ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diterima dan sekaligus sebagai pembersih harta, prosentasenya tidaklah besar. Sepuluh kwintal panenan padi tadah hujan hanya satu kwintal ujian cintanya, empat puluh ekor kambing hanya satu ekor kambing ujian cintanya. Namun dalam tataran pelaksanaannya ternyata tidaklah seringan yang kita bayangkan, karena ketika secara logika harta benda kita berkurang, maka muncul ketakutan kehilangan dan kemiskinan. Inilah sesungguhnya bisikan syaithon yang telah di-warning-kan dalam al-Qur’an. Dan bisikan yang dikobarkan oleh syaithon senantiasa bertujuan menghasut kepada keburukan dan mendustakan kebenaran. Zakat sebagai ujian cinta tidaklah segampang dan seringan yang kita banyangkan. Yah, namanya aja ujian, ups !.  Wallohu ‘Aklam

@doelhakeem

 

 

 

 

 

Rabu, 04 Oktober 2023

LITERASIZAWA : BIAS FII SABILILLAH

 

Kebumen-LiterasiZawa : Siapapun dan apapun profesinya, bagi seorang muslim yang taat tentu setiap aktifitas hidupnya akan senantiasa mengharap ridho Alloh SWT dan berjalan lurus di jalan Alloh SWT. Bagi seorang guru pengabdiannya mengajar tentu dilatarbelakangi niat ibadah untuk menggapai ridho dan berjuang di jalan Alloh SWT, begitu juga bagi para pelajar, petani, nelayan, buruh, pimpinan pesantren, pejabat dan lain sebagainya. Semua aktifitas mereka tentu sama yaitu niat ibadah untuk menggapai ridho dan berjuang di jalan Alloh SWT. Ketika aktifitas mereka semua bertujuan ibadah menggapai ridho dan berjuang di jalan Alloh SWT, apakah mereka fii sabilillah ?

Merujuk pada al-Qur’an surat at-Taubah ayat 60, fii sabilillah merupakan salah satu ashnaf atau kelompok yang berhak menerima zakat. Lalu siapa itu fii sabilillah di era millennial sekarang ini?, apakah masih ada?, apakah harus ada? atau harus dipaksa ada dengan diada-adakan?.

Pemahaman fii sabilillah dikalangan ulama memang telah mengalami bias antara kelompok kecenderungan muwassain atau peluasan makna fii sabilillah dan kelompok kecenderungan mudhayyiqin atau penyempitan makna fii sabilillah. Bagi ulama yang beraliran mudhayyiqin mereka tetap bersikeras untuk tidak memperluas maknanya, fii sabilillah harus diberikan tetap seperti yang dijalankan di masa Rasululloh SAW dan para sahabat, yaitu untuk para mujahidin yang perang secara fisik. Ada tidaknya fii sabilillah di era millennial tidaklah penting bagi mereka. Sedangkan bagi ulama yang beraliran muwassa'in mereka cenderung untuk memperluas maknanya, yaitu bagi perjuangan di jalan Alloh SWT, sehingga zakat bisa lebih bermanfaat dan boleh untuk biaya dakwah serta kepentingan umat Islam secara umum.

Empat imam mazhab yaitu hanafi, maliki, syafi'i dan hanbali termasuk yang cenderung kepada pendapat mudhayyiqin atau penyempitan makna, mereka mengatakan bahwa yang termasuk fii sabilillah adalah para mujahidin yang bertempuran fisik melawan musuh-musuh Alloh SWT dalam rangka menegakkan Agama Islam. Sedang ulama kontemporer seperti Syeich Muhammad Rasyid Ridho, Syeich Prof. DrYusuf al-Qaradawi dan para ulama yang lainnya cenderung meluaskan makna fii sabilillah tidak hanya terbatas pada mujahidin yang bertempur fisik, tetapi juga untuk berbagai kepentingan dakwah yang lain. Dasar pendapat mereka ini merupakan ijtihad yang sifatnya lebih luas dalam konteks fiqh prioritas. Lahan-lahan jihad fii sabilillah secara fisik hampir tidak ada lagi, sementara tarbiyah dan pembinaan umat yang terbengkalai di plosok-plosok pedalaman dan negara-negara minoritas muslim perlu pasokan dana besar untuk menegakan Agama Islam di sana. 

Sementara menurut UU-RI Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat sama sekali tidak disebutkan siapa dan bagaimana kriteria dari masing-masing ashnaf yang berhak menerima zakat. Dalam pasal 25 hanya dikatakan bahwa zakat wajib didistribusikan kepada mustahiq sesuai syari’at Islam. Pasal 26 dikatakan penditribusian zakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 dilakukan berdasarakan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahan. Siapa dan bagaimana kriteria fii sabilillah dan masih ada tidaknya fii sabilillah di Indonesia, semua itu tidak diterangkan lebih lanjut dalam regulasi yang ada. Hal inilah yang menjadikan semakin bias fii sabilillah dalam pandangan masyarakat kita,  dikit-dikit dimasukan kriteria fii sabilillah

Bias fii sabilillah, anda pilih yang sempit apa yang luas?   Wallohu ‘Aklam

@doelhakeem

 

 

 

 

 

POJOK OPINI : PILIH PEMIMPIN YANG BERZAKAT

 

 

Kebumen-GazawaOpini : Sholat merupakan pembersih hati dan jiwa, sedangkan zakat merupakan pembersih harta. Seseorang yeng menjaga sholat dan zakat-nya barang tentu akan terjamin kebersihan hati, jiwa dan hartanya. Jika kebersihan hati, jiwa dan harta dapat menjadi ukuran ideal bagi seorang pemimpin atau calon pemimpin, maka pilihlah seorang pemimpin di antara kita yang paling baik menjaga sholat dan zakat-nya

Di era demokrasi modern ini seorang pemimpin atau calon pemimpin akan dikupas habis latar belakang kehidupannya, pendidikannya, keluarganya, track record-nya dan juga harta kekayaan mereka. Adapun mengenai mereka sholat atau tidak, sholatnya rajin atau kadang-kadang, itu masih menjadi sebuah privasi yang tidak terekspos oleh khalayak ramai. Padahal Rosululloh SAW pernah memberikan sebuah warning bahwa suatu saat akan datang para pemimpin, mereka melakukan ma’ruf (kebajikan) dan juga melakukan munkar (kejelekan). Lalu para sahabat bertanya, bolehkah kita memeranginya? Rosululloh SAW menjawab, jangan selama mereka mengerjakan sholat.

Berbeda dengan sholat yang “masih” dianggap privasi, zakat mempunyai dimensi yang berbeda, yaitu dimensi religious dan sosial yang mestinya pelaksanaannya bisa dipantau langsung oleh khalayak ramai. Tak ubahnya pajak, seorang pemimpin atau calon pemimpin sudah pasti akan diaudit harta kekayaannya dan diungkap pula ketaatan mereka dalam membayar pajak, lalu dipublikasikan. Namun tidak dengan zakat, padahal zakat merupakan pembersih harta dan juga cerminan sikap kepedulian seseorang terhadap sesama manusia yang membutuhkan. Perihal tentang ketaatan seorang pemimpin atau calon pemimpin dalam mensucikan harta kekayaan mereka melalui zakat tidak tersentuh sama sekali. Padahal jika harta kekayaan seorang pemimpin atau calon pemimpin bersih, maka akan berpengaruh pula pada sikap, watak dan kepribadian yang bersih yang akan terpancar dalam perilaku kehidupan mereka sehari-hari. Pemimpin yang berzakat, mereka mempunyai jiwa keagamaan dan sosial yang lebih baik.

WallohuAklam

@doelhakeem

 

 

 

ZAWACORNER : DO'A ZAWA KETIKA HUJAN

  Kebumen - zaWAcorner  : Hujan bagi sebagian orang mungkin dinilai hanya sebagai fenomena alam yang lumrah dan biasa. Sebuah siklus air y...